Selasa, 23 November 2010

Pengantar Sosiologi Pertanian


PENGANTAR SOSIOLOGI PERTANIAN

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan manusia dalam masyarakat, dalam pelbagai aspek (Green: 1960 dalam Raharjo 1999). Dalam mempelajari sosiologi, yang menjadi sasaran studinya adalah masyarakat yang di dalamnya menyangkut struktur, proses, dan perubahan sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, sosiologi dikembangkan ke dalam beberapa bidang studi menurut tempat tinggal atau bidang dimana sekelompok orang yang secara sadar merupakan kesatuan dan membentuk system hidup bersama. Salah satunya adalah Sosiologi Pedesaan atau bisa juga disebut sebagai sosiologi Pertanian karena umumnya masyarakat yang tinggal di desa memiliki mata pencaharian sebagai seorang petani.

Sosiologi pedesaan merupakan suatu studi yang melukiskan hubungan manusia di dalam dan antar kelompok yang ada di lingkungan pedesaan (Priyotamtomo:2001) Sosiologi Pertanian (Agricultural Sociology) sering disamakan dengan sosiologi Pedesaan (Rural Sociology) namun berlaku jika penduduk desa terutama hidup dari pertanian. Semakin sedikit kegiatan pertanian di desa tersebut, maka semakin layak sosiologi pedesaan dipisahkan dari sosiologi pertanian. Sosiologi pedesaan adalah sosiologi tentang struktur dan proses-proses sosial yang terjadi di pedesaan. Bidang kajian ini menekankan pada masyarakat pedesaan dan segala dinamikanya yang antara lain menyangkut struktur sosial, proses sosial, mata pencaharian, pola perilaku, serta berbagai transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Objek sosiologi pedesaan adalah seluruh penduduk di pedesaan yang terus-menerus atau untuk sementara tinggal di pedesaan. Dengan kata lain, sosiologi pedesaan merupakan sosiologi pemukiman. Sosiologi ini membahas bagaimana manusia di pedesaan tak peduli petani atau bukan, hidup dan bergaul dengan sesama mereka,bagaimana hubungan antar mereka dan dengan penduduk lainnya diatur oleh nilai dan norma dan otoritas apa tindakan mereka berorientasi, dalam kelompok dan organisasi mana berlangsung kehidupan mereka, masalah mana yang muncul dan dengan bantuan proses sosial mana hal ini bisa diselesaikan.

Sebaliknya, sosiologi Pertanian adalah adlah sosiologi ekonomi yang membahas fenomena sosial dalam bidang ekonomi pertanian. Ke dalam ilmu ekonomi makro, biasanya termasuk cabang ekonomi ilmu perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan. Namun pada sosiologi pertanian, memusatkan hampir seluruh perhatiannya pada petani dan permasalahn hidupnya. Tema utama sosiologi pertanian adalah undang-undang pertanian, organisasi sosial pertanian, usaha pertanian, bentuk organisasi pertanian dan masalah sosial pertanian.

Situasi kehidupan manusia yang tergantung pada pertanian ditentukan terutama oleh hubungan mereka dengan tanah (tata tanah), oleh hubungan pekerjaan mereka satu dengan lainnya (tata kerja), dan oleh sistem ekonomi dan masyarakat yang ada di atasmereka (tata kekuasaan). Keseluruhan tata sosial ini disebut sebagai hukum pertanahan (Agraria Tenure).

Ada dua arus utama dalam sosiologi pertanian; yaitu filosofis sosial dan ilmu pengetahuan empiris (positivis). Perbedaan utamanya adalah, pengikut aliran sosial-filosofis berpikir mengenai makna dan tujuan pekerjaan pertanian, membuat penilaian mengenai berbagai bentuk fenomena dan membuat pernyataan normatif bagaimana manusia hidup dan mengorganisasikan dirinya. Aliran positivis mempunyai tujuan yang lebih sederhana, para ahli sosiologi aliran ini ingin melihat berdasarkan kenyataan bagaimana masyarakat yang ada berfungsi dan bagaimana manusia benar-benar bertindak. Mereka ingin menguji secara empiris apakah ada hubungan hubungan timbal balik antara berbagai faktor yang diduga benar-benar ada. Sementara tokoh-tokoh aliran filosofis sosial cenderung meninggalkan dunia nyata dan membangun ideologi, kaum positivis menghadapi ancaman tenggelam dalam temuan aktual masing-masing. Sosiologi pertanian mengamati objeknya secara makro dan mikro. Secara mikro, pusat perhatian sosiologi pertanian adalah usaha pertanian keluarga, pertanian kolektif, dan sistem sosial usaha pertanian. Secara mikro, pusat perhatian sosiologi pertanian adalah organisasi sosial pertanian dalam hubungannya dengan masyarakat dan sistem ekonomi.

Sosiologi pertanian tidak hanya mengamati objeknya, tapi juga mengerti menafsirkan tindakan (menangkap makna peristiwa sesama manusia) sosial dan melalui tindakan tersebut menjelaskan penyebab terjadinya dan dampaknya (Max Weber, 1864-1920). Untuk itu, Weber memperlihatkan dua cara : mengalami kembali secara rasional dengan bantuan logika dan matematika dan secara emosional. Menurutnya, seorang sosiolog terikat oleh tuntutan obyektivitas yang ketat, dapat diuji, dapat diperbandingkan dan logis. Karena itu, mengerti secara rasional lebih cocok baginya daripada mengerti secara emosional.

Sosiologi pertanian dalam dimensi ruang adalah geografi pertanian.
Sosiologi pertanian dalam dimensi waktu adalah sejarah pertanian.
Sosiologi pertanian dalam dimensi normatif adalah hukum agraria.
Sosiologi pertanian dalam dimensi kultural adalah ilmu kebudayaaan.
Sosiologi pertanian dalam dimensi politik adalah politik pertanian.
Sosiologi pertanian dalam dimensi kategori adalah statistik pertanian.
Tokoh-tokoh sosiologi pertanian yang sekarang, ingin lebih daripada sekedar menjadi pengikut politik pertanian ilmiah. Jika sosiologi pertanian adalah sosiologi khusus, ini berarti memang ia mempunyai objek sendiri, tetapi selanjutnya memakai metode, pengertian, teori dan cara pengamatan sosiologi umum. Sosiologi pertanian termasuk sosiologi terapan yang tertua.Pengertian teoritis yang diperoleh dari penelitian adopsi dan penelitian difusi teknologi pertanian banyak mendorong kemajuan sosiologi umum dan cabang ilmu yang terdekat (psikologi sosial,ilmu komunikasi, ilmu ekonomi). Di lain pihak kegiatan sosiolog pertanian dalam mengacu pada ilmu pengetahuan dasar dan cabang ilmu tetangganyalebih banyak menerima daripada memberi.

Ilmu pengetahuan pertanian merupakan studi interdisipliner yang mencakup metode penelitian, permasalahan dan pengamatan berbagai ilmu terhadap sebuah objek penelitian, yakni pertanian. Tujuannya, menambah pengetahuan dari cabang ilmu pengetahuan yang iut ambil bagian juga mengaturnya dalam sebuah model keseluruhan yang dapat menggambarkan, menjelaskan dan memperkirakan fenomena sosial di bidang pertanian.

Hans Rheinwald (1903-68) pencetus ilmu konsultasi pertanian, menjelaskan bahwa insinyur pertanian tidak langsung berhubungan dengan tanaman dan hewan, dengan produksi pertanian atau dengan proses pertanian, melainkan dengan lembaga dan manusia yang menanganinya. Sebagai guru, ia harus menyampaikan pandangan, pengetahuan dan keterampilan; sebagai penasehat, membantu menemukan dan mencari jalan keluar masalah mereka; sebagai seorang wartawan dan pimpinan pemasaran, memberikan mereka informasi dan meyakinkan mereka; sebagai perencana, sukarelawan pembangunan dan pejabat pemerintah, ia mengubah cara hidup dan struktur sosial; sebagai tenaga pimpinan, ia harus memimpin para pembantunya dan mendorong mereka menyukai tugasnya.

Penduduk desa mencari penjelasan mengenai proses sosial di pedesaan dan menuntut prognosis untuk masa depan. Petani mengharapkan dukungan sosiolog pertanian dalam usahanya menemukan suatu kesadaran baru. Sosiolog pertanian harus memberikan data mengenai struktur sosial pedesaan, mengenai kecendrungan perkembangan sosial, mengenai penyakit dalam masyarakat dan keadaan darurat, mengenai harapan dan tuntutan sosial mereka dalam perencanaan tata ruang.

Sumbangan sosiolog pertanian dalam politik kemasyarakatan memang terbatas. Mereka tidak dapat menggantikan politikus dalam mengambil keputusan. Tetapi mereka dapat membantu pengambilan keputusan dengan cara :
-          Menjelaskan defenisi, memberikan batasan objek dan membentuk indikator sosial
-          Menyusun ajaran mengenai hubungan sesama manusia dan perilaku mereka
-          Meneliti hukum dan aturan yang mengatur susunan dan fungsi kelompok serta organisasi sosial
-          Membandingkan tujuan politik alternatif dan sarananya
-          Menelanjangi pandangan dan pendapat yang berlaku sebagai ideologi serta prasangka dan menggantikannya dengan hipotesis, yang telah diuji secara ilmiah
-          Menghilangkan praduga tentang pengertian yang belum diuji secara ilmiah
Sosiolog pertanian menggali pengetahuannya dari berbagai sumber. Sebagian besar bersandar pada sosiologi umum dan psikologi sosial. Sumber pandangan sosiologi didapatkan dari roman, cerita dan kesenian rakyat yang menceritakan lingkungan desa dan perilaku berdasarkan pengalaman sendiri, yang mencerminkan ketegangan sosial di antara penduduk desa begitu juga antara desa-kota, industri dan pertanian atau yang membahas perubahan sosial di desa.
Akhirnya tidak boleh dilupakan hasil penelitian etnologi mengenai masyarakat desa. Dari sumber itu bisa digali pengetahuan yang penting artinya bagi sosiologi mengenai adat-istiadat desa, alat dan metode kerja, keluarga dan jenis kelamin. Terutama sekali jika seorang sosiolog pertanian ingin memperlihatkan alur perkembangan, ia bisa banyak menggunakan risalah etnografi dari studi terdahulu.

Perkembangan Ilmu Manajemen dan Tokoh-tokoh Manajemen

PEMIKIRAN TOKOH MANAJEMEN DUNIA

Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno m̩nagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Perkembangan teori manajemen sampai pada saat ini telah berkembang dengan pesat. Namun sampai detik ini pula belum ada suatu teori yang bersifat umum yang berlaku pada berbagai situasi dan kondisi, setiap teori hanya dapat diterapkan pada masalah yang berbeda-beda, berikut adalah tokoh Рtokoh yang memiliki kontribusi dalam perkembangan teori manajemen.

A. Aliran Klasik
1. Robert Owen (1771 – 1858)
Pada awal tahun 1800-an, Robert Owen memperkenalkan teori tentang manajemen personalia. Robert Owen menitikberatkan pentingnya penggunaan faktor produksi mesin dan faktor produksi tenaga kerja. Teorinya menyatakan bahwa bilamana diadakan perawatan pada mesin akan memberikan keuntungan pada perusahaan, demikian pula pada tenaga kerja bila diberikan perhatian berupa kompensasi, asuransi kesehatan, tunjangan dan lainnya oleh pimpinan perusahaan akan memberikan keuntungan pada perusahaan.
Owen meningkatkan kondisi kerja di pabrik, menaikkan usia minimum kerja bagi anak-anak, mengurangi jam kerja karyawan, menyediakan makanan bagi karyawan pabrik, mendirikan toko-toko untuk menjual keperluan hidup karyawan dengan harga layak dan berusaha memperbaiki lingkungan hidup tempat karyawan tinggal.
Selanjutnya dikatakan bahwa kuantitas dan kualitas hasil pekerjaan dipengaruhi oleh situasi ekstern dan intern dari pekerjaan.

2. Charles Babbage (1792 – 1871)
Charles Babbage mengemukakan bahwa aplikasi prinsip-prinsip ilmiah pada proses kerja akan menaikkan produktivitas dari tenaga kerja dan menurunkan biaya, karena pekerjaan-pekerjaan dilakukan secara efektif dan efisien. Perhatiannya diarahkan dalam hal pembagian kerja (division of labour) yang memiliki beberapa keunggulan, yaitu : waktu yang diperlukan untuk belajar dari pengalaman-pengalaman yang baru, harus ada spesialisasi dalam pekerjaan (karena banyak waktu yang terbuang bila seseorang berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain dan orang tersebut harus menyesuaikan kembali pada pekerjaan barunya sehingga menghambat kemajuan dan ketrampilan pekerja), kecakapan dan keahlian seseorang bertambah karena seseorang pekerja bekerja terus-menerus dalam tugasnya, adanya perhatian pada pekerjaannya sehingga dapat meresapi alat-alatnya karena perhatiannya pada itu-itu saja.
Beliau juga tertarik pada prinsip efisiensi dalam pembagian tugas dan perkembangan prinsip-prinsip ilmiah, untuk menentukan seorang manajer harus memakai fasilitas, bahan, dan tenaga kerja supaya rnendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Disamping itu Babbage sangat memperhatikan faktor manusia, dia menyarankan sebaiknya ada semacam sistem pembagian keuntungan antara pekerja dan pemilik pabrik, sehingga para pekerja memperoleh bagian keuntungan pabrik, apabila mereka ikut menyumbang dalam peningkatan produktivitas. Beliau menyarankan para pekerja selayaknya menerirna pembayaran tetap atas dasar sifat pekerjaan mereka, ditambahkan dengan pembagian keuntungan, dan bonus untuk setiap saran yang mereka berikan dalam peningkatkan produktivitas.

3. Frederick Winslow Taylor (1856 - 1915)
Frederick Winslow Taylor memperkenalkan teori scientific management, teori manajemen yang menganalisis dan mensintesis alur kerja dengan tujuan meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Taylor percaya bahwa keputusan berdasarkan tradisi dan aturan-aturan praktis harus diganti dengan prosedur yang tepat, yang dikembangkan setelah mempelajari kinerja individu ditempat kerja. Taylor mengemukakan empat prinsip Scientific Management, yaitu :
a. Menghilangkan sistem coba-coba dan menerapkan metode-metode ilmu pengetahuan sisetiap unsur-unsur kegiatan.
b. Memilih pekerjaan terbaik untuk setiap tugas tertentu, selanjutnya memberikan latihan dan pendidikan kepada pekerja.
c. Setiap petugas harus menerapkan hasil-hasil ilmu pengetahuan di dalam menjalankan tugas
d. Harus menjalin kerja sama yang baik antara pemimpin dengan pekerja.
Dalam menerapkan ke-empat prinsip ini, beliau menganjurkan perlunya revolusi mental di kalangan manajer dan pekerja. Adapun prinsip-prinsip dasar menurut Taylor mendekati ilmiah adalah :
a. Adanya ilmu pengetahuan yang menggantikan cara kerja yang asal-asalan.
b. Adanya hubungan waktu dan gerak kelompok.
c. Adanya kerja sarna sesama pekerja, dan bukan bekerja secara individual.
d. Bekerja untuk hasil yang maksimal.
e. Mengembangkan seluruh karyawan hingga taraf yang setinggi-tingginya, untuk tingkat kesejahteraan maksimum para kaayawan itu sendiri dan perusahaan.
Taylor mengatakan bahwa scientific management merupakan tugas setiap manajer untuk mengetahui hal yang terbaik (best of the best) melalui penganalisaan, observasi dan percobaan-percobaan. Observasi yang dilakukannya antara lain : time and motion study, organisasi fungsional dan the taylor differential rate system.

4. Henry Laurance Gantt (1861 - 1919)
Sumbangan Henry L. Grant yang terkenal adalah sistem bonus harian dan bonus ekstra untuk para mandor. Beliau juga memperkenalkan sistem Charting yang terkenal dengan Gant Chart.
Ia menekankan pentingnya mengembangkan minat hubungan timbal balik antara manajernen dan para karyawan, yaitu kerja sarna yang harmonis. Henry beranggapan bahwa unsur manusia sangat penting sehingga menggarisbawahi pentingnya mengajarkan, mengembangkan pengertian tentang sistem pada pihak karyawan dan manajemen, serta perlunya penghargaan dalam segala masalah manajemen. Metodenya yang terkenal adalah rnetode grafis dalam menggambarkan rencana-rencana dan memungkinkan adanya pengendalian manajerial yang lebih baik. Dengan rnenekankan pentingnya waktu maupun biaya dalam merencanakan dan rnengendalikan pekerjaan. Hal ini yang menghasilkan terciptanya Gantt Chart yang terkenal tersebut. Teknik ini pelopor teknik-teknik modern seperti PERT (Program Evaluation and Review Techique).

5. Frank Bunker Gilbreth dan Lilian Gilbreth (1868-1924 dan 1878-1972)
Suami istri ini selain rnempelajari masalah gerak dan kelelahan, juga tertarik dengan usaha membantu pekerja menampilkan potensinya secara penuh sebagai makhluk manusia. Setiap langkah yang dapat rnenghasilkan gerak dapat mengurangi kelelahan. Mereka juga terkenal dengan tiga peran dari setiap pekerja yaitu sebagai pelaku, pelajar dan pelatihan yang senantiasa mencari kesempatan baru, atau terkenal dengan konsep "three position plan of promotion". Banyak manfaat dan jasa yang diberikan oleh manajemen ilmiah, namun satu hal penting dilupakan oleh manajemen ini, yaitu kebutuhan sosial manusia dalam berkelompok, karena terlalu mengutamakan keuntungan dan kebutuhan ekonomis dan fisik perusahaan dan pekerjaan. Aliran ini melupakan kepuasan pekerjaan pekerja sebagai manusia biasa.
Perhatian Lilian Gilbreth tertuju pada aspek manusia dari kerja dan perhatian suamianya pada efisiensi yaitu usaha untuk menemukan cara satu-satunya yang terbaik dalam melaksanakan tugas tertentu. Dalam menerapkan prinsip-prinsip manajemen ilmiah, harus memandang para pekerja dan mengerti kepribadian serta kebutuhan mereka. Ketidakpuasan di antara pekerja karena kurang adanya perhatian dari pihak manajemen terhadap pekerja.

6. Harrington Emerson (1853 – 1931)
Prinsip pokoknya adalah tentang tujuan, dimana dari hasil penelitiannya menunjukkan kebenaran prinsip yaitu bahwa uang akan lebih berhasil bila mengetahui tujuan penggunaannya. Bukti dari pendapat Emerson yaitu adanya istilah Management by Objective (MBO). Dikemukakan 12 prinsip efisiensi untuk mengatasi pemborosan dan ketidak-efisienan, yaitu :
a. Clearly defined ideals
b. Common sense
c. Competent causal
d. Dicipline
e. The fair deal
f. Reliable
g. Give an order, planning and schedulling
h. Schedule, standard working and time
i. Standard condition
j. Standard operation
k. Written standard practice instruction
l. Efficiency reward



7. Henry Fayol (1841 – 1925)
Fayol mengatakan bahwa teori dan teknik administrasi merupakan dasar pengelolaan organisasi yang kompleks. Peranan Fayol dapat disejajarkan dengan Taylor, dua tokoh ini mengemukakan hal yang sama bahwa ada prinsip-prinsi manajemen tertentu yang harus disejajarkan dan dipelajari oleh para manajer dan karyawan. Tapi kedua tokoh tersebut berbeda dalam titik perhatiannya, dimana Fayol menitik beratkan pada manajer tingkat bawah, sedangkan Taylor menitikberatkan pada manajer tingkat menengah dan atas.
Fayol membagi kegiatan dan operasi perusahaan ke dalam 6 macam kegiatan :
a. Teknik produksi dan manufakturing produk, berusaha menghasilkan dan membuat barang- barang produksi.
b. Komersial dengan cara mengadakan pembelian bahan mentah dan menjual hasil produksi.
c. Keuangan antara lain berusaha mendapatkan dan menggunakan modal.
d. Keamanan, berupa melindungi pekerja dan barang-barang kekayaan perusahaan.
e. Akuntansi, dengan adanya pencatatan dan pembukuan biaya, utang, keuntungan dan neraca, serta berbagai data statistik.
f. Manajerial yang terdiri dari 5 fungsi :
1. Perencanaan (Planning) berupa penentuan langkah-langkah yang memungkinkan organisasi mencapai tujuan-tujuannya.
2. Pengorganisasian dan (Organizing), dalam arti mobilisasi bahan materiil dan sumber daya manusia guna melaksanakan rencana.
3. Memerintah (Commanding) dengan memberi arahan kepada karyawan agar dapat menunaikan tugas pekerjaan mereka
4. Pengkoordinasian (Coordinating) dengan memastikan sumber-sumber daya dan kegiatan organisasi berlangsung secara harmonis dalam mencapai tujuannya.
5. Pengendalian (Controlling) dengan memantau rencana untuk membuktikan apakah rencana itu sudah dilaskanakan sebagaimana mestinya.
Selain hal-hal pokok diatas, masih ada beberapa ajaran Fayol lainnya yaitu :
1. Keterampilan yang dibutuhkan oleh manajer tergantung kepada tempat pada tingkatan organisasi, yang rendah lebih membutuhkan keterampilan dan kemampuan teknis dibandingkan dengan keterampilan manajerial pada manajer tingkat atas.
2. Kemampuan dan ketrampilan manajemen harus diajarkan dan dipelajari, sehingga tidak mungkin hanya diperoleh melalui praktek, timbul tenggelam sepertl orang belajar menyelam tanpa guru.
3. Kemampuan dan keterampilan manajemen dapat diterapkan pada segala bentuk dan jenis organisasi, seperti rumah tangga, pemerintah, partai, industri dan lain-lain.
4. Prinsip-prinsip manajemen lebih baik daripada hukum manajemen, karena hukum bersifat kaku, sedang prinsip bersifat lebih luwes, sehingga dapat disesuaikan pada keadaan yang dihadapi.
5. Ada 14 macam prinsip manajemen dari Fayol, yaitu :
a. Pembagian kerja (Division of labor), yaitu adanya spesialisasi dalam pekerjaan, diaman dengan spesialisasi dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan kerja. Tujuannya adalah menghasilkan pekerjaan yang lebih banyak dan terbaik dengan usaha yang sama.
b. Otoritas dan tanggung jawab (Authority and Responsibility) diperoleh melalui perintah dan untuk dapat memberi perintah haruslah dengan wewenang formil. Walaupun demikian wewenang pribadi dapat mernaksa kepatuhan orang lain.
c. Disiplin (discipline), dalam arti kepatuhan anggota organisasi terhadap aturan dan kesempatan. Kepemimpinan yang baik berperan penting bagi kepatuhan ini dan juga kesepakatan yang ada ini, seperti penghargaan terhadap prestasi serta penerapan sangsi hukum secara adil terhadap yang menyimpang.
d. Kesatuan komando (Unity of commad), yang berarti setiap karyawan hanya menerima perintah kerja dari satu orang dan apabila perintah itu datangnya dari dua orang atasan atau lebih akan timbul pertentangan perintah dan kerancuan wewenang yang harus dipatuhi.
e. Kesatuan pengarahan (unity of Direction), dalam arti sekelompok kegiatan yang mempunyai tujuan yang sarna yang harus dipimpin oleh seorang manajer dengan satu rencana kerja.
f. Menomorduakan kepentingan perorangan terhadap terhadap kepentingan umum (Subordination of Individual interest to general interest), yaitu kepentingan perorangan dikalahkan terhadap kepentingan organisasi sebagai satu keseluruhan.
g. Renumerasi Personil (Renumeration of personnel), dalam arti imbalan yang adil bagi karyawan dan pengusaha.
h. Sentralsiasi (Centralisation), dalam arti bahwa tanggung jawab akhir terletak pada atasan dengan tetap memberi wewenang memutuskan kepada bawahan sesuai kebutuhan, sehingga kemungkinan adanya desentralisasi.
i. Rantai Skalar (Scalar Chain), dalam arti adanya garis kewenangan yang tersusun dari tingkat atas sampai ke tingkat terendah seperti tergambar pada bagan organisasi.
j. Tata-tertib (Order), dalam arti terbitnya penempatan barang dan orang pada tempat dan waktu yang tepat.
k. Keadilan (Equity), yaitu adanya sikap persaudaraan keadilan para manajer terhadap bawahannya.
l. Stabilitas masa jabatan (Stability of Penure of Personal) dalam arti tidak banyak pergantian karyawan yang ke luar masuk organisasi.
m. Inisiatif (Initiative), dengan memberi kebebasan kepada bawahan untuk berprakarsa dalam menyelesaikan pekerjaannya walaupun akan terjadi kesalahan-kesalahan.
n. Semangat Korps (Esprit de Corps), dalam arti meningkatkan semangat berkelompok dan bersatu dengan lebih banyak menggunakan komunikasi langsung daripada komunikasi formal dan tertulis.
Banyak kritik yang dilemparkan kepada teori organisasi dan peranannya terhadap prilaku manajer yang efektif. Juga keyakinannya bahwa prinsip-prinsip manajemen itu dapat diajarkan dan dipelajari. Kritik terhadap teori salah satu datang dari Henry Mintzberg yang menyatakan bahwa teori ini hanya sesuai untuk organisasi masa lampau yang lebih stabil dengan lingkungan yang lebih mudah diramalkan. Teori ini juga terlalu berpegang kepada kewenangan formil dan sering antara satu prinsip tidak sejalan dengan prinsip lainnya, seperti antara prinsip Division of Labor dengan Unity of Command.

8. James D. Mooney
Mooney mengartikan organisasi sebagai kelompok orang yang terdiri atas dua atau lebih orang untuk mencapai tujuan tertentu. Ada empat unsur yang harus diperhatikan dalam organisasi yaitu : koordinasi, prinsip hierarki, prinsip fungsional dan prinsip staf.
a. Koordinasi, syarat adanya koordinasi meliputi wewenang, saling melayani, doktrin (perumusan tujuan) dan disiplin.
b. Prinsip hierarki, proses hirarki mempunyai prinsip, prospek dan pengaruh sendiri yang tercermin dari kepemimpinan, delegasi dan definisi fungsional.
c. Prinsip fungsional, adanya fungsionalisme tugas yang berbeda.
d. Prinsip staf, kejelasan perbedaan antara staff dan lini.

9. Max Webber (1864 – 1920)
Menurut pandangannya peradaban barat ditandai oleh kecenderungan orang Eropa untuk menyukai organisasi, rasionalisasi dan birokrasi baik dalam bidang pemerintahan, politik praktis maupun lembaga swadaya masyarakat.
Max Weber mengembangkan teori Manajemen Birokrasi. Ia menekankan pada kebutuhan akan penetapan hierarki yang sempurna ditentukan oleh penetapan peraturan dan garis wewenang yang jelas.

10. Mary Parker Follet (1868 – 1933)
Follet menjembatani antara teori klasik dan hubungan manusiawi, dimana pemikiran Follet pada teori klasik tapi memperkenalkan unsur-unsur hubungan manusiawi. Dia menerapkan psikologi dalam perusahaan, industri dan pemerintahan. Konflik yang terjadi dalam perusahaan dapat dibuat konstruktif dengan menggunakan proses integrasi.
Beliau percaya bahwa adanya hubungan yang harmonis antara karyawan dan manajemen berdasar persamaan tujuan, namun tidak sepenuhnya benar untuk memisahkan atasan sebagai pemberi perintah dengan bawahan sebagai penerima perintah. Beliau menganjurkan kedudukan kepemimpinan dalam organisasi, bukan hanya karena kekuasaan yang bersumber dari kewenangan formil, tapi haruslah berasal dari pada pengetahuan dan keahliannya sebagai manajer.

11. Oliver Sheldon (1894 – 1951)
Filsafat rnanajemen yang pertama kali ditulis dalam bukunya pada tahun 1923, yang menekankan tentang adanya tanggung jawab sosial dalam dunia , usaha, sehingga etika sarna pentingnya dengan ekonomi alam manajemen, dalam arti melakukan pelayanan barang dan jasa yang tepat dengan harga yang wajar kepada masyarakat. Manajemen juga harus memperlakukan pekerja dengan adil dan jujur. Beliau menggabungkan nilai-nilai efisiensi manajemen ilmiah dengan etika pelayanan kepada masyarakat. Ada 3 prinsip dari Oliver, yaitu :
a. Kebijakan, keadaan dan metoda industri haruslah sejalan dengan kesejahteraan masyarakat.
b. Manajemen seharusnyalah mampu menafsirkan sangsi moral tertinggi masyarakat sebagai keseluruhan yang memberi makna praktis terhadap gagasan keadilan sosial yang diterima tanpa prasangka oleh masyarakat.
c. Manajemen dapat mengambil prakarsa guna meningkatkan standar etika yang umum dan konsep keadilan sosial.

12. Chaster L. Barnard (1886 – 1961)
Dalam bukunya The Function of the Executive (1938) mengatakan bahwa organisasi merupakan sistem kegiatan yang diarahkan pada tujuan yang hendak dicapai. Fungsi utama manajemen yaitu perumusan tujuan dan pengadaan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Menurut teorinya yang diberi nama teori penerimaan mengatakan bahwa seorang bawahan akan menerima perintah hanya bila dia memahami dan mampu serta berkeinginan untuk mencapainya. Barnard adalah pelopor penggunaan pendekatan sistem.


B. Aliran hubungan manusia (aliran neoklasik)
1. Hugo Munsterberg (1863 – 1916)
Hugo merupakan pencetus psikologi industri sehingga dikenal sebagai bapak psikologi industri. Bukunya Psychology and Indutrial Efficiency, ia memberikan 3 cara untuk meningkatkan produktivitas:
a. Menempatkan seorang pekerja terbaik (best possible person) yang paling sesuai dengan bidang pekerjaan yang akan dikerjakannya.
b. Menciptakan kondisi kerja yang terbaik (best possible work) yang memenuhi syarat-syarat psikologis untuk memaksimalkan produktivitas.
c. Menggunakan pengaruh psikologis (best possible effect) agar memperoleh dampak yang paling tepat dalam mendorong karyawan.

2. Elton Mayo (1880 – 1949)
Terkenal dengan percobaan-percobaan Howthorne, dimana hubungan manusiawi menggambarkan manajer bertemu atau berinteraksi dengan bawahan. Bila moral dan efisiensi kerja memburuk, maka hubungan manusiawi dalam organisasi juga buruk. Hasil percobaan Howthorne menyatakan bahwa kenaikan produktivitas bukan diakibatkan oleh insentif keuangan.Rantai reaksi emosional antar pekerja berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas, perhatian khusus dan simpatik sangat berpengaruh. Penelitian lainnya yaitu kelompok kerja informal-lingkungan sosial karyawan signifikan terhadap produktivitas.
Dalam pendidikan dan pelatihan bagi para manajer dirasa semakin pentingnya people management skills daripada engineering atau technicall skills, Sehingga konsep dinamika kelompok dalam praktek manajemen lebih penting daripada manajemen atas dasar kemampuan perseorangan (individu). Walaupun demikian ada beberapa kelemahan temuan Mayo yang dinyatakan oleh orang-orang yang beranggapan kepuasan karyawan bersifat kompleks, karena selain ditentukan oleh lingkungan sosial, juga oleh faktor-faktor lainnya yaitu tingkat gaji, jenis pekerjaan, struktur dan kultur organisasi, hubungan karyawan manajemen dan lain-lain. Gerakan hubungan manusia terus berkembang dengan munculnya pemikiran-pemikiran lain yang juga tergolong dalam aliran perilaku yang lebih maju.

3. William Ouchi (1981)
William Ouchi, dalam bukunya "theory Z -How America Business Can Meet The Japanese Challen ge (1981)", memperkenalkan teori Z pada tahun 1981 untuk menggambarkan adaptasi Amerika atas perilaku Organisasi Jepang. Teori beliau didasarkan pada perbandingan manajemen dalam organisasi.


C. Aliran manajemen modern
Muncul aliran ini lebih kepada aliran kuantitatif merupakan gabungan dari Operation Research dan Management Science.
1. Douglas McGregor (1906 – 1964),
membedakan 2 asumsi dasar alternatif mengenai manusia dan pendekatan mereka terhadap pekerjaan. 2 asumsi tersebut memunculkan teori X dan teori Y.
a.Teori X : pandangan tradisional tentang motivasi (pekerjaan yang dibenci oleh karyawan yang harus diberi motivasi dengan paksaan, uang dan pujian)
b.Teori Y : pekerja/orang sudah memiliki motivasi untuk bekerja melakukan pekerjaan dengan baik


Teori X berasumsi bahwa Karyawan Teori Y berasumsi bahwa Karyawan
Tidak suka bekerja Suka bekerja
Tidak membuat ambisi Mampu mengendalikan diri
Tidak bertanggung jawab Menyukai tanggung jawab
Enggan untuk berubah Penuh imajinasi dan kreasi
Lebih suka dipimpin dari pada memimpin Mampu mengarahkan dirinya sendiri

2. Edgar Schein (1928 - ....) ,
mengemukakan dinamika kelompok dalam organisasi
Prinsip Dasar Perilaku Organisasi :
a. Manajemen tidak dapat dipandang sebagai suatu proses teknik secara ketat (peranan, prosedur dan prinsip).
b. Manajemen harus sistematik dan pendekatan yang digunakan harus dengan pertimbangan secara hati-hati.
c. Organisasi sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajer individual untuk pengawasan harus sesuai dengan situasi.
d. Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan organisasi sangat dibutuhkan.
Beberapa gagasan yang lebih khusus dari berbagai riset perilaku :
a. Unsur manusia adalah faktor kunci penentu sukses atau kegagal an pencapaian tujuan organisasi.
b. Manajer masa kini harus diberi latihan dalam pemahaman prinsip-prinsip dan konsep-konsep manajemen.
c. Organisasi harus menyediakan iklim yang mendatangkan kesempatan bagi karyawan untuk memuaskan seluruh kebutuh an mereka.
d. Komitmen dapat dikembangkan melalui partisipasi dan keterlibat an para karyawan.
e. Pekerjaan setiap karyawan harus disusun yang memungkinkan mereka mencapai kepuasan diri dari pekerjaan tersebut.
f. Pola-pola pengawasan dan manajemen pengawasan harus dibangun atas dasar pengertian positif yang menyeluruh mengenai karyawan dan reaksi mereka terhadap pekerjaan.


3. Abraham Maslow (1908-1970),
mengemukakan tentang kebutuhan yang memotivasi manusia untuk mendapatkan kepuasan dapat dibuat hierarki. Kebutuhan peringkat bawah harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum kebutuhan peringkat yang lebih tinggi dapat dipenuhi.
Beliau seorang psikolog humanistis, dari USA memperkenalkan teori aktualisasi diri dengan menandaskan bahwa tujuan utama psikoterapi adalah membangun integritas seseorang.
Mengemukakan adanya hierarki kebutuhan dalam penjelasannya tentang perilaku manusia dan dinamika proses motivasi.
Tingkatan Kebutuhan manusia menurut Maslow sebagai berikut :
a. Kebutuhan Fisologis, hampir semua kebutuhan dasar manusia kebutuhan akan pemelioharaan biologis, makan, minum dan kesejahteraan fisik.
b. Kebutuhan Keamanan, kebutuhan akan perlidungan dan kepastian dalam kehidupan sehari-hari.
c. Kebutuhan Sosial, kebutuhan akan kasih sayang, rasa memiliki dalam hubungan dengan orang lain.
d. Kebutuhan Harga Diri secara Penuh, kebutuhan akan harga diri dimata orang lain, penghormatan, prestise, harga diri, kemampuan diri dan dianggap ahli.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri, tingkat kebutuhan yang paling tinggi, kebutuhan akan self fulfilment berkembang dan menggunakan kemampuannya.
4. Robert Blak dan Jane Mouton (1930 – 1987),
mengemukakan lima gaya kepemimpinan dengan kisi-kisi manajerial (managerial grid)

5. Fred Feidler (1967),
menerapkan pendekatan kontingensi
pada studi kepemimpinan.

6. Rensis Likert (1903–1981),
pada tahun 1960-an Likert mengembangkan empat sistem manajemen yang menggambarkan hubungan, keterlibatan, dan peran antara manajemen dan bawahan dalam pengaturan industri, antara lain : sistem (1) explotatif otoritatif, sistem (2) kebajikan otoritatif, sistem (3) konsultatif dan sistem (4) Partisipatif kelompok

7. Frederick Herzber (1923 – 2000),
terkenal dengan teori motivasi higienis atau teori dua faktor.
Motivator Factors Hygiene Factors
 Achievement
 Recognition
 Work Itself
 Responsibility
 Promotion
 Growth  Pay and Benefits
 Company Policy and Administration
 Relationships with co-workers
 Supervision
 Status
 Job Security
 Working Conditions
 Personal life

Ia mengusulkan beberapa temuan kunci sebagai hasil dari identifikasi ini:
a. Orang-orang dibuat tidak puas oleh lingkungan yang buruk, tetapi mereka jarang dibuat puas oleh lingkungan yang baik.
b. Pencegahan ketidakpuasan adalah sama pentingnya dengan dorongan dari motivator kepuasan.
c. Faktor higienis beroperasi secara independen dari faktor-faktor motivasi.
d. Seorang individu dapat sangat termotivasi dalam pekerjaannya dan merasa tidak puas dengan lingkungan kerja.
e. Semua faktor-faktor higienis sama pentingnya, walaupun frekuensi kejadiannya berbeda jauh.

8. Chris Argyris (1923 – 2008),
mengatakan bahwa organisasi sebagai sistem sosial atau sistem antar hubungan budaya

Aliran Kuantitatie
Perkembangannya dimulai dengan digunakannya kelompok-kelompok riset operasi dalam memecahkan permasalahan dalam industri. Teknik riset operasi sangat penting sekali dengan semakin berkembangnya teknologi saat ini dalam pembuatan dan pengambilan keputusan. Penggunaan riset operasi dalam manajemen ini selanjutnya dikenal sebagai aliran manajemen science. Langkah-langkah pendekatan manajemen science yaitu :
1. perumusan masalah dengan jelas dan terperinci
2. penyusunan model matematika dalam pengambilan keputusan
3. penyelesaian model
4. pengujian model atas hasil penggunaan model
5. penetapan pengawasan atas hasil
6. pelaksanaan hasil dalam kegiatan implementasi
Pendekatan Sistem
Pendekatan ini memandang organisasi sebagai satu kesatuan yang saling berinteraksi yang tak terpisahkan. Organisasi merupakan bagian dari lingkungan eksternal dalam pengertian luas. Sebagai suatu pendekatan system manajemen meliputi sistem umum dan sistem khusus serta analisis tertutup maupun terbuka. Pendekatan sistem umum meliputi konsep-konsep organisasi formal dan teknis, filosofis dan sosiopsikologis. Analis system manajemen spesifik meliputi struktur organisasi, desain pekerjaan, akuntansi, sistem informasi dan mekanisme perencanaan serta pengawasan.

Pendekatan Kontingensi
Pendekatan kontingensi digunakan untuk menjembatani celah antara teori dan praktek senyatanya. Biasanya antara teori dengan praktek, maka harus memperhatikan lingkungan.