Rabu, 04 Mei 2011

Beberapa Cara Pengelolaan Bahan Organik

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah baik secara fisika, kimia, maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik merupakan bahan pemantap agregat tanah, sumber hara tanaman, sumber energy sebagaian organisme tanah dan sekitar setengah dari kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik. Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang.
Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang penting dalam sel mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup.
Sumber sekunder bahan organik adalah fauna. Fauna terlebih dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman setelah itu barulah menyumbangkan pula bahan organik. Bahan organik tanah selain dapat berasal dari jaringan asli juga dapat berasal dari bagian batuan.


2. Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai beberapa cara pengelolaan bahan organik tanah yakni sebagai berikut :
a. Rasio Karbon-Nitrogen dan Dekomposisi Residu Organik
b. Pengaruh Pupuk Hijau
c. Penggunaan Peat
d. Akumulasi Unsur Hara pada Sistem Pertanian Shifting Cultivation

3. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar dapat mengetahui dan memahami beberapa cara pengelolaan bahan organik dalam kaitannya dengan tingkat kesuburan tanah dan produktivitas pertanian.

BAB II
PEMBAHASAN

Pada tanah-tanah yang bukan tanah pertanian dimana tumbuh-tumbuhan tumbuh secara alamiah, kandungan bahan organiknya lebih tinggi daripada tanah-tanah pertanian. Apabila tanah-tanah bukan pertanian ini dibuka dan dijadikan tanah pertanian maka lama kelamaan jumlah bahan organiknya menurun. Kehilangan terbesar terjadi pada awal penanaman dan jumlah yang hilang ini melebihi jumlah yang terakumulasi setiap tahun. Kehilangan ini menyebabkan penurunan kesuburan tanah tersebut karena bahan organik yang berasal dari tanaman mengandung semua nutrisi yang diperlukan oleh tanaman. Hewan-hewan tanah juga tergantung pada bahan organik sebagai sumber makanan. Oleh karena itu, perlu adanya pengelolaan bahan organik tanah agar tanah lebih produktif. Beberapa cara pengelolaan bahan organik antara lain :
1. Rasio Karbon-Nitrogen dan Dekomposisi Residu Organik
Rasio karbon terhadap nitrogen adalah karbon berbanding nitrogen ( C: N). C: N
rasio bahan organik yang ditambahkan ke tanah mempengaruhi laju dekomposisi
organik materi. Jika bahan organik yang ditambahkan mengandung nitrogen lebih dalam proporsi karbon, maka nitrogen dilepaskan ke tanah dari bahan organik yang membusuk.
Di sisi lain, jika bahan organik memiliki jumlah kurang nitrogen dalam kaitannya dengan
karbon maka mikroorganisme akan memanfaatkan nitrogen tanah untuk dekomposisi lebih lanjut dan nitrogen tanah akan bergerak dan tidak akan tersedia.
Sebagai bahan organik segar terurai, mikroba menggunakan 75% dari karbon untuk energi dan, sisa 25% dari karbon yang digunakan untuk membentuk jaringan baru mereka. Untuk membentuk jaringan baru mereka, mikroba menggunakan nitrogen dari tanah atau dari bahan organik ditambahkan. Keseimbangan POSITIF menunjukkan bahwa N dalam bahan organik lebih diperlukan untuk mikroba, dan jumlah kelebihan N yang dilepaskan ke tanah dapat tersedia bagi tanaman.
Bahan-bahan tanaman yang mempunyai rasio C:N yang sempit menandung banyak nitrogen. Sebaliknya, bahan-bahan tanaman yang mengandung rasio yang lebar atau tinggi maka bahan-bahan tersebut mengandung sedikit nitrogen. Jika residu tanaman punya rasio rendah maka mikroorganisme akan kekurangan nitrogen dan akan berkompetisi dengan tanaman untuk mendapatkan nitrogen. Untuk menghindari adanya kompetisi tersebut, dapat dilakukan beberapa hal yaitu :
a. Tidak mengembalikan residu organik yang mempunyai rasio C:N yang besar ke dalam tanah.
b. Menambahkan pupuk nitrogen jika dilakukan penanaman segera setelah residu tersebut dibenamkan ke dalam tanah.
c. Residu organik tersebut dikomposkan sebelum dibenamkan ke dalam tanah.
Beberapa cara tersebut dapat mensuplai nitrogen yang cukup bagi mikroorganisme dan tanaman.

2. Pengaruh Pupuk Hijau
Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah, biasanya berupa pupuk. Pupuk merupakan bahan alami yang ditambahkan pada tanah supaya kesuburan tanah dapat meningkat. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari alam yaitu dari sisa-sisa organisme hidup baik sisa tanaman maupun sisa hewan yang mengandung unsur-unsur hara baik makro maupun mikro yang yang dibutuhkan oleh tumbuhan supaya dapat tumbuh dengan subur. Pupuk organik terbuat dari bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, diombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur-usur yang dapat digunakan oleh tanaman, tanpa mencemari tanah dan air.
Pupuk organik dapat berupa pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk cair biasanya berupa saringan dari pupuk padat. Pupuk padat dapat berupa pupuk hijau, pupuk serasah, kompos, maupun pupuk kandang. Kesemuanya akan berpengaruh positif terhadap tanah jika pemberiannya ke tanah setelah pupuk.
Pupuk hijau adalah tanaman atau bagian-bagian tanaman yang masih muda yang dibenamkan kedalam tanah dengan tujuan untuk menambah bahan organik dan unsur hara terutama nitrogen kedalam tanah. Dari segi biokimia keuntungan dari pemakaian pupuk hijau dapat dikatakan bahwa dengan pemakaian pupuk hijau berarti menambah persediaan bahan organik tanah. Disamping itu, tanaman calon pupuk hijau yang tumbuh mempunyai pengaruh terhadap pengawetan hara tanah karena mengabsorpsi hara, selain itu tanaman pupuk hijau berfungsi sebagai tanaman penutup tanah (cover crop). Jenis tanaman yang banyak digunakan adalah dari familia Leguminoceae atau kacang-kacangan dan jenis rumput-rumputan (rumput gajah). Jenis tersebut dapat menghasilkan bahan organik lebih banyak, daya serap haranya lebih besar dan mempunyai bintil akar yang membantu mengikat nitrogen dari udara. Keuntungan penggunaan pupuk hijau antara lain :
a. Mampu memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta infiltrasi air
b. mencegah adanya erosi
c. dapat membantu mengendalikan hama dan penyakit yang berasal dari tanah dan gulma
d. sangat bermanfaat pada daerah-daerah yang sulit dijangkau untuk suplai pupuk inorganic
Namun pupuk hijau juga memiliki kekurangan yaitu :
a. tanaman hijau dapat sebagai kendala dalam waktu, tenaga, lahan, dan air
b. pada pola tanam yang menggunakan rotasi dengan tanaman legume dapat mengundang hama ataupun penyakit
c. dapat menimbulkan persaingan dengan tanaman pokok dalam hal tempat, air dan hara pada pola pertanaman tumpang sari.

3. Penggunaan Peat
Peat yang biasa digunakan untuk peningkatan atau perbaikan tanah umumnya diklasifikasikan sebagai peat lumut (moss peat), peat rumput (reed-sedge peat) dan peat humus. Bahan-bahan ini umumnya telah mengalami proses komposisi. Bila diaplikasikan ke tanah akan mengalami dekomposisi secara lambat. Peat mengandung sedikit fosfor dan kalium serta melepaskan nitrogen secara perlahan-lahan. Peat paling banyak digunakan untuk pemulsaan dan percobaan dirumah kaca yang dicampur dengan tanah. Peat mempunyai pH yang rendah sehingga cocok untuk digunakan sebagai mulsa bagi tanaman-tanaman yang tumbuh pada pH rendah. Mulsa atau penutup tanah sangat penting dan berpengaruh positif terhadap tanah maupun tanaman. Dalam peranannya untuk peningkatan kesuburan tanah, mulsa yang paling baik adalah mulsa yang berasal dari limbah pertanian seperti jerami padi, seresah dan ilalang, tidak dari plastik. Selain fungsinya untuk menjaga kelembaban tanah, setelah mulsa membusuk akan berguna sebagai pupuk organik yang memperbaiki struktur dan tekstur tanah. Tanah yang tidak menggunakan mulsa akan mudah terkena erosi bila erkena air hujan maupun pecah-pecah apabila terlalu banyak penguapan. Seperti diketahui bahwa erosi akan memperburuk kesuburan tanah dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta tanaman menjadi mudah roboh. Sedangkan kondisi tanah yang pecah-pecah akan berpengaruh buruk pada perakaran tanaman berupa putusnya akar. Dengan adanya mulsa, air hujan yang jatuh akan meresap ke bawah sehingga tidak terjadi aliran permukaan. Selanjutnya dengan penguapan yang sedikit, air tanah tetap tersedia bagi tanaman, karena mulsa berguna untuk mengurangi penguapan, mencegah erosi, menjaga kelembaban tanah, dan sebagai sumber penambah hara setelah menjadi pupuk hijau, lahan pertanaman yang menggunakan mulsa akan menjadi lebih baik dibanding sebelumnya.

4. Akumulasi Unsur hara pada Sistem Pertanian Shifting Cultivation
Sistem Pertanian Shifting cultivation adalah bertani dengan membuka ladang di daerah yang belum pernah dijamah. Tanaman yang diusahakan disana menggunakan unsur hara yang berasal dari bahan organik yang terakumulasi selama bertahun-tahun dan tidak ada penggunaan pupuk kimia. Setelah dua atau tiga tahun, nutrisi akan semakin sedikit dan gulma serta penyakit mulai berdatangan menyebabkan tanah tidak subur lagi. Ladang tersebut kemudian ditinggalkan dan hutan baru akan terbentuk lagi. Diperlukan lebih dari 10-20 tahun untuk akumulasi unsur hara pada hutan tersebut, sebelum dibuka lagi untuk pertanian.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang sangat baik. dan merupakan sumber dari unsur hara tumbuhan. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah. Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Bahan organik dapat diperoleh dari residu tanaman sepert akar, batang, daun yang gugur, yang dikembalikan ke tanah. Residu tanaman dan hewan yang dikembalikan ke dalam tanah akan mengalami dekomposisi. Selama proses dekomposisi berlangsung akan dikeluarkan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh mikroorganisme dan tanaman tingkat tinggi. Hasil akhirnya adalah humus. Dengan dikeluarkannya unsur-unsur hara akan meningkatkan kesuburan tanah sehingga tanaman akan tumbuh dengan baik. Selanjutnya proses akan berulang kembali bila residu tanaman dikembalikan ke dalam tanah. Apabila sisa-sisa tanaman segar ditambahkan ke dalam tanah, nitrogen di dalam tanaman itu dapat terdekomposisi dan termineralisasi oleh mikrrorganisme dan segera tersedia bagi tanaman, atau nitrogen itu mungkin tidak termineralisasi dan tidak tersedia bagi tanaman. Pembenaman bahan organik segar dengan rasio C:N tinggi, yang kemudian segera diikuti dengan penanaman memerlukan nitrogen tambahan. Alternatif lain, waktu tanam ditunda dulu agar dekomposisi berkesempatan berlangsung lebih lanjut dahulu beberapa hari. Bahan organik segar dengan rasio C:N kecil bisa lebih baik dan tanahnya dapat langsung ditanami. Tanah – tanah, terutama untuk pembibitan, yang rasio C:N-nya tinggi selalu memerlukan pupuk nitrogen yang cepat tersedia agar defisiensi nitrogen tidak terjadi.



2. Saran
Agar tanah lebih produktif perlu adanya pengelolaan bahan organik tanah antara lain : menghindari adanya kompetisi nitrogen bila residu organik yang ditambahkan ke dalam tanah mempunyai rasio karbon:nitrogen yang besar, pengaruh pupuk hijau, penggunaan peat dan akumulasi unsur hara pada sistem pertanian shifting cultivation.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar